ASU!!!!satu kata,...dua kata...kata kotor telah menghempas keluar dari mulut hinaku yang kini telah terbungkam dengan banyak kebohongan,karna di hianati, di bohongi, dan di sakiti oleh kejamnya tingkah laku kehidupan, satu masalah muncul yang belum selesai, kini tertimbun seribu masalah lainya yang mebuatku semakin tak berdaya.
hampir serasa aku ingin membenci semuanya yang pernah ku lihat, ku dengar dan ku rasakan!...ingin rasa ini mengutuk semuanya yang ingkar akan kemunafikan yang pernah di perbuat, lagi-lagi aku adalah manusia tanpa daya tak kuasa melakukan segalanya, hanya pasrah dan harapanlah yang menjadi teman sejati dalam melihat keaadaan yang kian membusuk dan memburuk bagai bangkai kotoran kotor yang habis di makan belatung hidup berwujud manusia......
kala itu tak sengaja aku melihat pria yang teraniaya oleh keaadaan, yang terhimpit terjepit oleh pahit, ia sedih dalam memandang curangnya hidup yang melibatkan oknum-oknum penguasa tahta yang hanya duduk saja dan semakin kaya, bahagia mengongkang tertawa di atas penderitaan kaum dhu'afa.....ia semakain sedih dengan di perlihatkannya kemunafikan, kebohongan dalam melakukan pekerjaan!...pria itu terisak dalam tangisnya, mendendam dalam batin dan berontak dalam jiwanya bangsat kau para penguasa!!!!
cukup jelas dan terang tanpa tedeng aling-aling bahwa semuanya itU busuk!!!!.
kini terlihat pria itu berjalan tanpa semangat, tanpa tujuan buta mata karena cita, cinta dan harapannya telah terampas, sirna pergi tiada satu yang tersisa, yang ia pikirkan sekarang adalah bagai mana cara untuk bisa kembali bangkit dalam himpitan kekejaman yang telah menikam relung hatinya....
ia pandangi langit yang biru seakan membawa kebahagiaan, ia tapaki jalan yang begitu panjang seakan membawa kecerahan, ia arungi jurang yang begitu curam berharap kedamaian itu akan datang kembali, namun keaadaan berkata lain???
sang pria semakin tersungkur jatuh bagai terhempas angin badai dan tertimpa bebatuan dan ia semakin tak berdaya tanpa kuasa menahan luka yang semakin menganga, ia kembali bersedih dengan apa yang ia dapatkan, berusaha bisa namun putus asa yang menjajah asa...........
sekarang pria itu lemah berdiri di atas persimpangan jalan yang berliku, meniti langkah panjang ribuan kilo meratapi nasibnya yang kian merana. ia berjalan tertatih-tatih hanya kembali mengenang tentang kehidupannya...hanya sedih, luka, dan duka yang meracuni pikiran yang banyak melontarkan kata hina mencerca menggelegar manja menghancurkan asanya, pria itu dewasa.
persetan dengan kemunafikan, persetan dengan para penguasa, persetan dengan semuanya...
diamlah!kau bukanlah siapa-siapa teriak sang pria dalam kelamnya dunia.
sekarang!!!waktunya ku ucap terima kasih bijaksana...
waktunya lapangkan dada...
waktunya menjaga rasa...
waktunya padamkan bara...
waktunya meraih cita...
waktunya pejamkan mata...
dan tiada lagi berkata!